Sabtu,
16 Februari 2013
Pagi
ini, seperti biasa. Bangun, cuci muka, shalat shubuh, dan tentunya menyalakan
laptop. Sekedar online sebentar, membuka Facebook untuk mengecek, apakah ada
notifikasi penting yang masuk, atau ada pesan penting yang harus segera ku
buka. Segera ku sambungkan jaringan internet melalui modem ku, ku buka web
browser, dan membuka situs Facebook, Goal.com, Blog Pribadi sekaligus Dashboard
nya., mengecek ternyata pageview blog ku sudah mencapai angka 390, lumayan
untuk blog yang baru berumur 2 minggu. Berpindah ke tab lain, kubuka Facebook.
Ada dua notifikasi, dan ada satu pesan baru, pesan dari koor di organisasi yang
aku ikuti. Simple pesannya, beberapa kata yang memberi semangat. Beralih, aku
membuka notifikasi. Seketika perhatianku tertuju pada sebuah notifikasi, yang
merujuk ke sebuah link. Direct Link ke website Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi. Link yang setidaknya sudah aku tunggu-tunggu, setidaknya selama dua
bulan ini. Yaitu, link yang merujuk ke halaman pengumuman, pengumuman PKM Lolos
Didanai oleh dikti tahun 2013.
Karena
aku ikut mengajukan proposal PKM, maka langsung saja ku buka link tersebut.
Setelah beberapa saat, sebuah file .pdf akhirnya berhasil didownload. Ada dua
hal yang ku pikirkan sesaat sebelum ku buka file tersebut. Hal pertama, tentu
aku ingin agar pkm yang ku ajukan lolos didanai dikti, lumayan uang sebesar 8
Juta itu, untuk memulai sebuah usaha, usaha yang sebenarnya dari awal sudah
terdengar aneh. Namun karena tuntutan proposal yang mensyaratkan adanya kreativitas,
maka ide itu pun muncul, ide yang ku pikir sudah menjawab persyaratan tersebut,
yaitu kreativitas. Selain itu, aku ingin turut serta di PIMNAS, perhelatan
ilmiah mahasiswa nasional. Ikut pimnas seperti sebuah puncak dari serangkaian
kegiatan selama kita empat tahun berada di Jenjang universitas, sebuah
kompetisi ilmiah tertinggi yang diikuti mahasiswa dari beragam perguruan tinggi
di seluruh Indonesia. Dan sebelum aku bisa ke jenjang tersebut, terlebih dulu
aku harus melewati jenjang ini, jenjang PKM.
Hal
kedua, berkebalikan dengan hal pertama, ada sebagian dariku yang mengharapkan
agar PKM ku tidak lolos didanai. Entah mengapa hal ini muncul dalam benak ku,
hal yang dulu tidak pernah aku pikirkan. Berharap ini tidak lolos sama saja
dengan mengkhianati kepercayaan teman teman satu kelompok ku, terlepas hampir
70 persen dari proposal yang ku buat kemarin adalah hasil kerja kerasku
sendiri. Namun, memang begitulah kenyataannya, bahwa memang sebagian diriku
mengatakan, bahwa lebih baik pkm tahun ini tidak lolos saja. Mungkin alasan
yang mendasari munculnya keinginan ini, adalah karena memang aku telah
kehilangan semangat PKM yang dulu sangat menggebu-gebu dalam diriku, setidaknya
setelah aku mengorbankan banyak hal untuk PKM ini, dan ternyata itu berdampak
untuk studiku. Aku masih ingat, hari jum’at dimana aku membolos 6 SKS untuk
matkul Akustika, dan Optika, hanya untuk meminta tanda tangan dosen pembimbing,
karena anggota kelompok yang lain keberatan untuk menggantikanku. Hari itu ternyata
diadakan Kuis Pra-Mid Semester untuk matkul Akustika, dan itu mendadak. Aku
menyadari, bahwa mata kuliah ini adalah mata kuliah tersulit di semester 3. Dan
setelah aku mengetahui bahwa aku telah melewatkannya, seakan telah menjadi
jaminan bahwa aku tidak akan sukses di mata kuliah ini. Dan memang begitu lah
kenyataannya, nilai C menjadi ganjaran untuk ku, nilai yang menjadi minoritas
diantara rentetan nilai B, dan B+ di daftar nilai angkatan. Sebuah kejadian
lagi, dimana aku harus mengumpulkan tugas pendahuluan praktikum elektronika.
Yang jika aku tidak mengumpulkan, maka, kegiatan ku seharian di lab tidak akan
dinilai karena aku dianggap Inhal. Dan hasil yang ku peroleh, B, di praktikum,
sesuatu yang seharusnya bisa di hindari, karena B adalah nilai minimal untuk
Praktikum. Dan akhirnya, hasil akhir itu yang benar benar membuatku melupakan sebagian
harapan-harapan tentang PKM, dan tentunya, PIMNAS. Membuatku tak berfikir dua
kali untuk memprioritaskan akademik ku, karena aku kuliah bukan dengan uangku
sendiri, karena ada 200 juta orang yang akan menuntut pertanggungjawabanku,
jika aku tidak fokus, dan mengesampingkan studiku,untuk memprioritakan hal hal-lain
yang tidak lebih penting dari studiku.
Dengan
berpegang pada kedua alasan itu, aku membuka file tersebut. Setidaknya aku
sudah memperoleh pembenaran untuk hasil yang ku peroleh, entah itu lolos, atau
tidak. File pun terbuka, disitu di tampilkan judul, nama pengusul, dan asal perguruan
tinggi. Ku cari nama ku, dengan tools find, oh, ada 1 hasil, ku buka hasilnya,
ahh, nama sama, namun, beda judul dan perguran tinggi. Hmmm, tidak ada nama ku,
berarti tidak lolos. Pertama, aku jelas kecewa, namun pembenaran kedua ku membuat
ku segera tersenyum kembali, bahwa memang aku sebaiknya tidak lolos. Ku lihat
lagi proposal proposal yang didanai. Ah, ada beberapa orang ku kenal. Tak salah
memang, karena mereka memang cerdas-cerdas, IP nya tinggi tinggi, tentunya kemampuan
management proposal mereka sudah sangat baik. Lalu kulihat beberapa judul yang
lolos, terkesan biasa saja menurutku, lebih bagus judul ku, namun mungkin ide
yang mereka tawarkan lebih baik dan realistis. Kulihat-lihat lagi, dari UGM
lumayan banyak, ada sekitar 400 an proposal yang didanai. Tak salah, karena
memang UGM merupakan kamus yang besar, dan sudah beberapa kali juara PIMNAS.
Sedikit
iri melihat teman-teman ku tercetak namanya di daftar tadi, karena aku yakin
juga bahwa aku juga kapabel, sama seperti mereka. Mungkin karena aku kurang
berdoa, atau memang kemampuan management proposal ku tidak terlalu bagus. Dan
akhirnya memang ada rasa sedih. Aku tidak sedih akan kegagalan ku secara
pribadi, namun aku sedih karena sebagai ketua, aku telah mengecewakan anggota
ku yang lain. Terlepas dari sebagian besar dari proposal itu, akulah yang
mengerjakan, namun tetap andil mereka besar. Ada yang mencarikan dosen
pembimbing, mengantarkan ke pasar, dan hal lain yang tidak bisa kusebutkan sati
persatu. Dan yang paling penting, tidak akan ada proposal PKM, kalau tidak ada
anggota kelompok. Tapi, ya sudahlah, karena ini memang sudah terjadi, dan masih
ada kesempatan di lain waktu.
Dan
pelajaran terpenting dari kejadian ini, adalah bahwa setiap kejadian itu bisa
dirasakan hikmahnya. Di setiap kegagalan, memang ada kekecewaan, dan ternyata
ada sesuatu yang pantas untuk disyukuri. Akhirnya, menjaga semangat memang
penting, tetap semangat bagi yang karyanya belum lolos, masih ada kesempatan
lain, di tempat atau waktu yang lain. Dan untuk ku sendiri, memang hikmah
terbesar untuk ku, bahwa aku dapat benar benar bebas saat ini, benar benar
fokus untuk memperbaiki Prestasi akademik ku, yang kurang memuaskan dalam dua
semester ini.
“Tidak
ada yang namanya kegagalan, karena sebenarnya kegagalan juga merupakan
keberhasilan, keberhasilan untuk mencoba, dan mengetahui seberapa layak kita
sebenarnya, tinggal bagaimana kita melihatnya dalam kacamata yang tepat”
wo2 sib2 bro, diari ki ceritane :p
ReplyDeleteSek komen mung kowe tok -_-
DeleteKita senasib mas, tetap semangat, masih ada kesembatan :)
ReplyDeleteIya, tetep semangat :D
Deletewaou, sabar dan semangat abang
ReplyDeleteMakasih ya atas support nya :)
Deletetes
Delete