Thats the point, hidup baru. Yup, sebuah keputusan fundamental telah aku buat. Memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dan masuk ke sebuah zona yang aku tak tau akan seperti apa, kecuali satu hal. Bahwa jika aku selamat disini, kehidupan ku akan lebih baik. Hal itu lah yang ku yakini sampai saat ini. Berbekal kepercayaan, bahwa jika aku mau berjuang lebih keras, jauh dari orang tua, jauh dari kehidupan nyaman di kota pelajar, maka hasil akhirnya akan manis, semanis permen cokelat
Banyak orang yang bilang, aku melarikan diri. Tak salah memang, karena aku memang melarikan diri. Aku lari dari sebuah ketidakpastian hidup. Dua tahun ku tak ku nikmati dengan sempurna. Ada sesuatu yang membuatku tak pernah nyaman berada di kampus lamaku. Entah karena nama besar kampus ku, atau hal lain yang kesemuanya mengerucut pada satu kalimat, "bahwa tempatku bukan disini". Kalimat itu yang dari awal aku masuk ke sini membuatku tak antusias dengan apa yang ku pelajari. Aku lebih dahulu underestimate dengan apa yang ku pelajari, apa yang ku baca, dan dengan orang orang yang berada satu naungan dengan ku pun, aku underestimate.
Lantas, dengan kehidupan seperti itu, mengapa kukatakan bahwa hidupku disana adalah hidup yang nyaman? Tentunya banyak alasan yang mendasari setiap perkataan ku sebelumnya. Salah satunya adalah aku hidup dengan tanpa memikirkan biaya kuliah. Yup aku memang gratis kuliah disini, setiap bulan aku mendapatkan uang saku 600 ribu, SPP gratis, SPMA gratis, kurang apakah aku ini? Banyak yang mengatakan bahwa aku tidak bersyukur. Namun setiap ejekan dan olokan atas keputusanku, aku selalu punya jawabannya, termasuk statement ketidak bersyukuran ku atas apa yang ku dapatkan disini.
Kawan, fikiranku sudah matang. Tak mungkin ku buat sebuah keputusan tanpa alasan. Bahwa mengapa aku "menyia nyiakan" jutaan rupiah uang rakyat yang telah digunakan untuk membiayai kuliah ku selama 2 tahun, tentu ada alasanya. Dan justru, alasan ku yang terkuat adalah rasa tanggungjawab ku atas uang yang telah ku gunakan. Uang itu pada dasarnya adalah uang rakyat. Maka ketika aku lulus, aku harus mengembalikannya kepada rakyat. Hal itulah yang selalu membayang di fikiranku. Apakah aku mampu mengembalikan jutaan rupiah uang itu ketika aku lulus dari sini nanti. IPK ku disini pun pas pasan. Kata orang, IPK hanya mampu mengantarkan kita ke meja wawancara. Tapi jika IPK kita buruk, menyentuh meja wawancara pun sulit. Aku juga tak merasa memiliki jiwa enterpreneur yang baik.
Dan jalan yang masih mungkin ku tempuh adalah menjadi seorang pegawai negeri. Karena jika aku jadi pegawai negeri, setidaknya aku mampu ikut serta menjaga keberlangsungan hidup negara ini. Menjaga keberlangsungan hidup negara ini berarti menjaga keberlangsungan hidup jutaan rakyat yang hidup di negeri ini. Ya, hal ini adalah salah satu jalan yang dapat ku tempuh untuk mengabdikan diri pada negeri.
Dan sekarang pilihan itulah yang ku ambil. Aku memutuskan untuk meninggalkan segala kehidupan nyaman itu. Kehidupan tanpa menyusahkan orang tua, kehidupan serba berkecukupan, kehidupan dengan kawan kawan terbaik, telah ku tinggalkan. Aku memilih jalan ini, jalan dimana semua impian masa kecil jadi pilot, jadi dokter, jadi tentara, jadi diplomat, terpupus. Karena jalan disini sudah ditentukan. Kalian lulus, maka kalian akan menjadi PNS. Sebuah profesi yang mungkin tak pernah di fikirkan oleh anak anak.
Segala pertimbangan selalu menjadi dasar sebuah keputusan, dan berbekal pertimbangan itu, aku memutuskan, inilah jalan yang ku ambil. Aku meninggalkan segala kenyamanan hidup disini. Menantang ibu kota dengan satu tujuan, mendapatkan kenyamanan ku sendiri, mendapatkan passion yang ku cari selama ini. Bukan kenyamanan hidup, namun kenyamanan hati karena apa yang ku kerjakan sepenuhnya tulus dari hati.
Memperingati Sebulan Aku Menginjakan Kaki Di Kampus Impian Ini
14 September 2013 - 14 Oktober 2013
Bintaro, Tangerang Selatan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment