Yup, , sekarang aku sudah resmi menjadi bagian dari kampus impian
ini. Kampus yang sudah menjadi impian keluargaku, terutama ayahku
dahulu. Ayahku selalu berharap pada anak anak nya, bahwa suatu saat ada
anak nya yang dapat melanjutkan pendidikan di sini. Percobaan pertama
oleh kakak tertua ku. Kakak perempuan yang paling besar. Dan akhirnya,
dia belum mampu memenuhi ekspektasi besar keluargaku. Ya, dia kurang
beruntung, dan akhirnya melanjutkan peruntungan nya di perguruan tinggi
negeri yang cukup terkenal di Jogja. Percobaan kedua dilakukan oleh
kakak kedua ku. Hasilnya pun sama, dan akhirnya dia harus rela
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi lokal di Gunungkidul. Kakak
ketigaku tak mencoba untuk mendaftar, karena katanya dia tidak minat
dengan perguruan tinggi impian ini. Akhirnya dia melanjutkan pendidikan
di sebuah politeknik di Jogja. Dan akhirnya, percobaan keempat
dilakukan oleh aku si anak bungsu ini, anak bungsu laki laki satu
satunya, yang menjadi harapan terbesar keluargaku dapat mengakhiri
segala kegagalan demi kegagalan yang telah terjadi. Dan akhirnya, GOAL,
aku berhasil masuk ke kampus impian ini, bukan hanya impian ku, namun
impian ayah ku, dan keluargaku tentunya. Kebanggaan tentu membuncah
dalam hatiku, karena kini aku telah menjadi bagian dari kampus ini,
kampus yang juga menjadi impian benyak orang, yaitu kampus Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara.
Yes, i'm here now. Setelah dua tahun penuh rasa tak nyaman berada
dalam naungan kampus bulaksumur, kampus yang sebenarnya memberikan
segalanya untuk ku. Pendidikan berkualitas, dosen dosen hebat, situasi
kondusif untuk belajar, serta teman teman terbaik telah kudapatkan
disini. Namun entah kenapa selalu saja ada perasaan. Perasaan tak puas,
perasaan yang selalu mengatakan padaku, bahwa "tempat ku bukanlah
disini". Alhasil, belajar ku sama sekali tak maksimal. Lingkungan yang
mencerminkan keadaan yang sama dengan yang ku alami menambah kemalasan
ku untuk belajar disini. Dan hasilnya tentu bisa ditebak, dalam empat
semester aku ada disini, IPK ku tak tembus angka 3. rasanya sangat
berat kuliah disana, dimana hati tak jua terpaut padanya. Aku sudah
beberapa kali membohongi diri sendiri, mengatakan kalo aku mencintai
tempat ku belajar, namun bagaimanapun kerasnya ku mencoba, seakan ada
batu karang yang menyandung langkahku, aku kembali terjatuh. Terjatuh
karena kembali aku menemui kenyataan bahwa aku tak bisa ada disini.
Kuliah, praktikum, tak ada yang ku ikuti dengan antusias. hanya sekedar
melihat dosen berbicara, lalu pulang tanpa memikirkan apa yang telah
terucap dari para pakar tadi. Aku tak bisa bermain dengan instrumen.
Panel panel itu seperti hal yang sangat asing bagiku. Benda benda
elektronik itu seakan berkata padaku, "tangan mu tak bisa menyentuhku.
Kamu bukanlah seorang pengendali yang baik, bahkan kau tak bisa
merancang sistem kendali dengan baik secara teoritis, untuk apa
tanganmu menyentuhku", seperti itulah, setiap hari. Tak ada yang menarik
minatku disini. Berkali kali aku merasakan pencarian yang tak pernah
menemui titik terang. Pernah suatu ketika aku berusaha untuk menceitai
ilmu optika, mengendalikan cahaya melalui tabung tabung kaca lentur.
Namun akhirnya perasaan tak nyaman kembali muncul, bahwa aku tak
seharusnya berada disini. Pernah pula aku mencoba untuk menyukai nuklir,
karena ku pikir disini otak ku dapat lebih terberdayakan.Namun
dangkalnya dasar kenukliran yang ku miliki akhirnya mementahkan lagi
motivasiku. Kembali, perasaan itu muncul, perasaan bahwa aku tak
seharusnya ada disini.
Mungkin kegiatan luar kampus lah yang bisa lebih menentramkan
hatiku. Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika aku tak mengikuti
kegiatan luar kampus. Mungkin aku sudah gila sekarang karena aku tak
juga menemukan passion ku sebagai seorang engineer. Aku mengikuti
berbagai organisasi, menemukan teman teman baru yang akhirnya mampu
sedikit meredakan stress yang ku alami akibat pergolakan hati ku yang
tak kunjung usai. Kata orang aku melarikan diri dari kenyataan. Memang
benar kalau difikir, aku memang melarikan diri dari kepenatan dan
ketidakpastian hidup yang ku alami.
Dan akhirnya semua kembali pada sebuah kenyataan yang mau tak mau
harus aku terima. Bahwa jika aku tetap disini, aku bisa hancur.Aku
bukan tipe orang yang dapat beradaptasi dengan cepat pada lingkungan
yang tak mampu menerimaku, dan itu ku alami disini. Memikirkan masa
depan ku, besok aku akan menjadi seperti apa, apakah aku bisa
membahagiakan orang tuaku yang telah bersusah payah membesarkan dan
menghidupiku ini. Dan pikiran pikiran tersebut mambawaku pada awal ku
masuk ke tempat ini. Dulu aku masuk ke sini karena tuntutan dan
kepanikan. Aku takut tak bisa melanutkan kuliah. Aku tak hanya
memikirkan diriku sendiri, namun juga ibuku satu satunya. Aku berfikir
bagaimana nanti komentar tetangga, menyaksikan aku tak mampu kuliah di
perguruan tinggi negeri, ketika aku sudah di stigma sebagai orang
"pintar"disana. Tanpa berfikir panjang, aku memilih jurusan ini, karena
persaingan masuk ke jurusan ini termasuk yang paling mudah. Sehingga
kans untuk masuk ke sini terbuka lebar, namun siapa yang mengira bahwa
justru, tempat ini tak menghadirkan "passion" bagiku. Kuliah
mempelajari hal hal yang tak pernah ku pikirkan akan kupelajari saat
aku memutuskan untuk masuk ke sini. Yap, dan akhirnya kemalangan yang
ku dapatkan disini. Ehm, bukan kemalangan sebenarnya, namun lebih
condong ke sebuah pengalaman berharga
Dua tahun ku di sana seakan sia sia begitu saja ketika aku
memutuskan untuk mengambil pilihan untuk masuk STAN. Namun prospek,
kejelasan, dan impian masa lalu telah memantapkan hatiku. Ya, kuyakin,
inshaAllah ini adalah tempat terbaik untuk ku. Nilai akuntansi ku dulu
cukup bagus, sehingga ku harap aku bisa menempuh pendidikan disini
dengan lancar, dan melewati setiap ancaman DO di tiap semester nya.
Namun ku fikir dua tahun ku di UGM tak lah sia sia. karena setelah
perenungan panjang ku, sepertinya memang inilah rencana Allah untuk ku.
2 tahun disini adalah sebuah jalan memperoleh pengalaman hidup, yang
akhirnya akan terpakai untuk menghadapi hidup yang lebih keras disini. 2
Tahun ku di UGM telah memberikan ku berbagai pelajaran, bagimana
bersosialisasi, berkawan, berfikir analisis, berjuang untuk bertahan
hidup, bertemu berbagai macam orang, bertemu orang orang hebat nan
inspiratif. Yang akhirnya semuanya mengerucut pada satu hal, bahwa 2
tahun ku di UGM adalah dua tahun yang berharga. Karena disinilah hidup
yang sebenarnya telah ku rasakan. Berbagai permasalahan serta pemecahan
nya, berbagai rasa cinta serta penolakannya, semua kurasakan disini.
Ku pikir ini cukup untuk membantuku menatap hidupku disini, yang
kuharap disini adalah jalan hidup terbaik yang memang telah Allah
siapkan untuk ku. Mimpi ini hampir tak mungkin ku raih, namun akhirnya
Allah memberikan kuasanya. Dia memberikan kasih sayang nya untuk ku.
Mengajariku dengan berbagai hal, sebelum akhirnya Dia memberikan jalan
ini untuk ku dengan lebih dulu memberikan dua tahun berharga sebagai
pondasi hidup untuk ku. Dia memberiku Sebuah jalan impian, yang jika
aku tak pernah mengalami dua tahun berharga di kampus Gadjah Mada,
mungkin aku tak akan mampu menghadapi tantangan di jalan impian ini.
Semoga ini adalah jalan terbaik yang memang telah Allah siapkan untuk ku, untuk dunia dan akhirat ku.
Bismillah,
Welcome, at Indonesian State College of Accountancy, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment