Cerbung : Bunga Pertama (4)

“Dhan”,
“Heeh, iya fit, kenapa?”

Belakangan ini Fitri agak sedikit stress. Dia sudah seminggu ini diputuskan pleh pacarnya. Dan seminggu ini pula aku juga ikut setres karena dia sering tiba tiba menghubungiku, mengajak untuk sekedar makan bersama dan ngobrol. Padahal dulu ketika dia masih bersama pacarnya, dia sangat jarang menghubungi ku, kecuali untuk jadwal kami belajar bersama di hari sabtu, dia tak pernah lupa. Namun kini dia sangat sering menghubungi ku. Pernah dia tiba-tiba memintaku untuk menemuinya saat jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Dan yang ku lihat ketika aku sampai di depan rumah kost nya adalah Fitri yang sudah duduk manis beserta dua gelas teh hangat dan camilan manis. Dua gelas, satu untuk ku dan satu untuk nya. Kejadian tempo hari itu pun terulang lagi, sekarang -_-. Mungkin dia merasa kesepian dan butuh tong sampah yang bisa mendengarkan semua ceritanya.


“Aku gak mau pacaran lagi, mungkin besok aku akan menikah dengan teman ku saja langsung”

“Wahh, apa kamu yakin gak mau pacaran lagi, banyak orang berkata bahwa jika kamu tidak pacaran dulu, bakalan susah untuk mengenal lebih jauh”. Kataku mengungkapkan pendapat.

“Untuk saat ini, yakin, tapi entah lah, aku capek sih”, Fitri menghela nafas.

Fitri adalah tipe wanita yang “biasa saja”. Frasa itu mewakili pendapatku tentang dia yang memang biasa biasa saja. Dia tidak terlalu mudah bergaul, namun tidak juga sulit bergaul. Dia tidak pintar walaupun IPK Semester 1 nya berada diatasku yang sudah merasa paling pintar =) . Dia tidak cantik, hanya kelihatan sedikit lebih putih dan manis daripada wanita pada umumnya. Dia pun tidak tinggi, hanya dia bukan wanita yang akan turun PD nya jika jalan bareng dengan ku yang tingginya diatas rata rata =) . Namun satu yang membuatku bisa menjadi sahabatnya hingga saat ini, adalah karena dialah yang pertama kali mampu menarik perhatian ku saat pertama kali aku menginjakan kaki di Kampus. Diapun pernah membuatku stress karena kupikir aku menyukainya dan ingin menjadikan nya kekasih. Ah tapi dengan mendekatinya secara intens akan justru akan menyalahi prinsipku selama ini. Dan akhirnya perasaan itu pudar juga ketika ku tahu saat itu dia sedang dekat dengan seorang pria yang ku tahu adalah orang yang secara penampilan fisik berada setengah level diatas ku :’).


“Hati itu bersiklus Fit, kamu bisa bilang sekarang gak pengen pacaran, tapi palingan dua bulan atau tiga bulan lagi kamu udah ngebet lagi :D ” Canda ku.


“Ihh, kalo sekarang serius. Entah mengapa aku sekarang lebih nyaman dengan hidup ku yang sekarang” Jawab Fitri

“Pacaran itu hanya masalah bilang sayang apa gak, bangunin tiap pagi, sms tiap pagi siang sore, tiap hari bilang I Love you, jalan jalan bareng, basi gak sih kayak gitu.”Timpal fitri

“Aku pacaran kemarin pada dasarnya agar aku dapet ketenangan hati Dhan, kalo ada cowok kan gak ada yang mau macem macem ke aku, gak ada lagi yang deketin aku. Nah sebenarnya kan kamu tahu kalo aku tuh gak pengen putus, tapi ya kalo dia yang mutusin mau gimana lagi, aku juga easy going aja sih, motivasiku pacaran bukanlah karena cinta yang menggebu gebu, tapi lebih kepada rasa aman kalau punya pacar Dhan. Toh sekarang rasanya jadi lebih nyaman kan, kita bisa sering ketemu, kamu sahabatku Dhan, sejak pertama kita kenal, aku udah ngerasa kalo temenan sama kamu bakalan seru, dan akhirnya kita bisa jadi kayak gini kan, kita sering bareng bareng, kita tiap sabtu belajar bareng, kalo butuh apa apa aku bilang nya ke kamu dulu Dhan baru ke orang lain kalau kamu gak bisa. Soalnya cuma sama kamu aja aku gak sungkan sama sekali, hhahhaaha  :D “ Celoteh fitri panjang lebar

“Hhahaha, jangan jangan kamu naksir aku Fit”, Canda ku.

“Huuuwaaa pedee poll :p , enggak lahh, kamu bukan cowok yang pantas buat ku jadiin pacar Dhan”.

“Lohh knapa Fit? Aku kurang cakep??” Tanyaku.

“IYA, hahahahahahaaa”, Jawab Fitri

Suara tawa Fitri pun pecah seketika mengiringi perubahan raut muka ku yang mendadak badmood. Wuaa dasar ini cewek, pinter banget bikin mati gaya. Aku sepenuhnya sadar bahwa sebenarnya selama ini perasaan Fitri ke aku hanya sebatas teman saja. Begitu pun aku saat ini hanya menganggapnya teman bertukar pikiran.

“Dhan, kita udah kenal 7 bulan”

“Iya terus napa?” Tanya ku

“Kamu pernah suka sama cewek di sini?”Tanya fitri

“Pernah sih, tapi dulu, awal awal.”

“Siapa? Aku yaa??? Hhahahahaa” Seloroh fitri diiringi gelak tawanya.

“Wek, bukan lahh, bukan kamuu buukk”. Jawab ku berbohong, ya dulu aku memang pernah menyukainya. Tapi sekarang aku benar benar hanya menganggapnya teman dekat, atau lebih tepatnya lagi teman bertukar pikiran. Memang benar hati ini bersiklus menurut kehendak sang Maha Membolakbalikan hati.

“Hhahaha, terus siapa? Citra yaa??”. Tebak Fitri, Citra adalah orang paling cantik di kelompok ospek ku dulu.

“Hhahahah, bukan lah. Aku juga nyadar diri kalii, kau aja yang mukanya biasa aja nganggep aku gak pantes di jadiin pacar, apa lagi dia yang muka artis kek gitu” Jawab ku setengah menggerutu.

“Hkhkhkhkhkh, selow lah dhann, santai santai.”Fitri menenangkan suasana.

Segelas teh hangat yang tadi di suguhkan padaku akhirnya kuminum juga, dua puluh menit sudah berlalu sejak aku dating ke sini. Rasa sungkan kepada penghuni kos lain mulai muncul. Tapi Fitri tak menunjukan hal itu. Mungkin dulu pacarnya sudah sering berkunjung ke kost nya hingga larut. Dalam sepinya malam, kami melanjutkan obrolan.

“Kalo kamu gak pacaran, emang bisa dapet jodoh Fit?, muka pas pas an gitu gak bisa bikin cowok naksir dalam sekali pandang lohh, hhahahha :D”  Tanyaku Sembari bercanda.

“Yee, gak gitu juga kali Dhan, aku pengen nya sama yang udah kenal lah dhan. Mungkin saat aku menikah nanti cinta belum bersemi secara utuh, tapi kan lama kelamaan hidup dengan nya bakalan menumbuhkan cinta itu sendiri. Witing trisno jalaran soko kulino Dhan, aku yang orang seberang malah lebih tau daripada kamu, wuuu”. Jawab Fitri setengah menyindir.

“Hhahaha, terus gmana? Mau model murrabi gitu? Pake proposal? Tanyaku lagi.

“Hhahaha, bisa jugaa sihh, dengan itu bakal ketahuan kualitas nya kayak apa”. Jawab Fitri

“Tapi aku prefer ke orang yang sudah ku kenal cukup lama dhan, gak 1-2 hari aja” Tambah Fitri.

Kupikir pemikiran ku dan Fitri kini sudah sedikit mirip, bahwa hubungan terlalu dekat antara wanita dan pria tak baik dilakukan sebelum menikah, namun prinsip yang melatarbelakangi pemikiran ku dan Fitri tentunya berbeda, dia karena Trauma pacaran, sedangkan aku sudah idealis sejak dulu. Ah sepertinya latar belakangku lebih ganteng daripada punya Fitri :p.

“Waduh, bahayaa, jangan jangan kamu juga prefer ke aku =).” Canda ku.


“Hahahhahaah, enggak tahu sih ya. Biarkan lah waktu yang menjawab Dhan, kali aja kita emang jodoh :p.” Jawab Fitri diselingi tawanya.
“Eh tapi kau pernah bilang kau ingin punya pasangan orang jawa aja Dhan, biar kalau mudik gak jauh jauh.” Seloroh Fitri


“Hhahaha, ya mana tau fit, bisa saja sekarang aku bilang pengen orang Jawa, tapi siapa yang tau besok ternyata jodohku orang Papua =D.” Jawabku atas selorohan nya.

“Hhaha, oke we’ll see Dhan :p”.

“Yup, let see”. Jawabku atas statement nya.

Tiba tiba pandangan kami beradu, satu detik, dua detik, tiga detik, tak kunjung berakhir. Terlihat rona muka Fitri berubah. Garis bibir nya tertarik ke samping, dan matanya sedikit menyipit.

“Fit, Jijik”

“Iya, Jijik banget” Jawab Fitri.

“Hhahahahahaahhaahahahahaahahaha”, Tawanya tak tertahan lagi =). Akupun hanya tersenyum simpul melihat dia tertawa.

Bukan hasrat mencintai, ini hanyalah sebuah dorongan untuk saling menjaga, karena sahabat itu mahal harganya. Karena dia tak bisa dicari, namun dia datang sendiri.


(Bersambung)

0 comments:

Post a Comment