Akhirnya
aku tiba di titik ini. Titik dimana akan dimulai sesuatu yang benar benar berat
di depan sana. 20 tahun. Ya kini usiaku sudah menginjak kepala dua. Walau badan
ini menghendaki untuk terus tumbuh mengikuti aliran waktu, namun jiwa ini
seakan berontak. Aku belum rela kehilangan usia ini, usia belasan, usia remaja,
usia dimana kita belum harus memikirkan hal hal yang abstrak tentang kehidupan
di masa yang akan dating. Namun aliran waktu memaksa untuk tetap terus berjalan
kedepan. Tak ada waktu untuk putar balik.
Usia
ini sudah barang tentu merupakan sebiah akhir dari perjalanan seorang anak. Aku
masih ingat ketika dulu berulang tahun yang kesepuluh, aku sangat senang. Semua
keluargaku lengkap merayakan ulang tahunku walau hanya dengan nasi kuning yang
dinikmati oleh semua anggota keluarga. Aku belum paham saat itu, bahwa usia 10
tahun adalah pintu menuju berbagai perubahan. Hingga kini aku telah mencapai
usia 20 tahun, tentu aku yang 10 tahun belum mampu membayangkan aku yang saat
ini. Begitu juga aku yang saat ini, belum mampu membayangkan aku yang 30 tahun.
Usia
ini tentu juga merupakan sebuah resume atas kehidupan ku yang lalu. Terlalu
ketatnya ayah dalam mendidik ku mungkin memberikan excess yang kurang baik untuku
yang sekarang. Aku masih sering malu dan takut jika harus berbicara didepan
orang banyak. Itulah salah satu kelemahan yang lahir dari akumulasi pengalaman
hidupku di masa lalu. Aku juga cenderung jadi orang yang introvert, dan kurang
perduli terhadap lingkungan. Ya karena aku tak dibiasakan bersentuhan dengan
lingkungan.
Aku
yang sekarang kupikir adalah aku yang cuek dengan keadaan. Ketika aku tak
memiliki sesuatu yang lebih baik dari orang lain, maka aku akan tetap diam. Aku
tak pernah menginginkan sesuatu karena orang lain lebih dulu memilikinya. Aku
tak pernah ingin memiliki HP android dan gadget mahal lain nya ketika
lingkungan sekitar ku kini sudah dipenuhi hal hal seperti itu. Mungkin karena
saat aku kecil, aku jarang sekali dituruti jika mengnginkan sesuatu. Ketika aku
ingin mobil mobilan, sekeras apapun meminta, aku tak akan diberi. Tinggal lah harapan
ku agar aku dapat memilikinya suatu saat nanti, saat seorang saudara membelikan
ku mobil mobilan, atau ayah pulang kantor dengan membelikan ku hal-hal semacam itu.
Keadaan itu telah membentuk ku menjadi orang yang sangat menghargai uang. Aku
sangat tidak suka dengan orang yang menghambur-hamburkan uang untuk hal yang
tidak penting, apa lagi ketika mereka belum tau sekeras apa orang tua mereka
mencarinya. Bagiku uang adalah sesuatu yang harus di hargai. Dan cara
menghargai yang paling baik tentunya adalah dengan membelanjakan nya dengan
bijak, sesuai keperluan kita saja. Entah ini merupakan hal baik atau buruk.
Namun pada dasarnya itu adalah akumulasi dari pengalaman hidup yang sudah ku
jalani. Dan kini, aku yang sekarang merupakan akumulasi dari
pengalaman-pengalaman hidupku yang dulu
Sejak
aku mulai berumur 18 tahun, usia ini adalah usia yang ku takutkan. Saat ini aku
sudah harus memikirkan berbagai hal fundamental dalam hidupku. Pekerjaan,
Jodoh, Rumah tinggal, anak, dan masih banyak lagi. Kemungkinan di usia ini aku
harus mendapatkan itu semua. Dan perjalanan menuju itulah yang sangat ku
kuatirkan. Lepas dari bimbingan orang tua, masuk kedalam sebuah kehidupan baru
bersama seseorang yang sampai saat ini belum ku ketahui. Belajar dewasa,
tangguh dalam mendidik. Kuat dalam ilmu, baik dalam bermasyarakat. Hal hal
itulah yang sangat ku takutkan. Takut bahwa aku belum mampu untuk itu semua.
Merasa bahwa pengalaman hidup ku selama 20 tahun ini belum cukup membantuku
menapaki babak baru hidupku ini. Mungkin aku masih bisa belajar, semoga di awal
waktu di babak baru ini, aku dapat terus belajar, dan siap pada waktunya kelak.
Insha Allah.
terharu :') semoga maspe mendapatkan semua yg diinginkan..
ReplyDelete