Judul dari tulisan ini
mungkin terilhami dari beberapa kejadian belakangan ini. Yang pertama, kasus
pembunuhan Adesara, jelas dilatarbelakangi masalah cinta. Cinta yang terlalu
besar kadang membutakan, berbahaya bagi siapapun yang mengalaminya. Banyak
kejadian di sekitar kita yang akar permasalahannya adalah masalah cinta. Saya
sendiri geli jika menghubungkan antara cinta dengan pacaran. Sesuatu yang
sering diartikan sebagai sebuah media untuk saling bertukar rasa cinta. Pacaran
saat ini dianggap sesuatu yang biasa. Laki-laki dan perempuan berjalan bersama,
bergandengan, berpelukan, berciuman, kini dianggap sebagai sesuatu yang biasa.
Orang yang menjaga diri untuk tidak melakukan hal hal itu justru dianggap kuno,
kuper, udik, serta sebutan lain yang mencerminkan bahwa dia bukanlah orang yang
patut diterima dalam komunitas. Keadaan ini mampu memaksa dan menyeret siapa
saja yang tidak kuat hatinya menuju sebuah keadaan dimana norma-norma agama dan
suslia tak lagi memiliki makna.
Cinta adalah kata yang sukar
dipahami. Setiap hal yang melibatkan emosi serta sensasi menyenangkan, yang
terjadi antara pria dan wanita kadang terlanjur di justifikasi sebagai perasaan
cinta. Tak ayal, saat ini banyak orang yang begitu gampangnya mengucapkan “aku
cinta kamu”, “aku sayang kamu”, “aku tak bisa hidup tanpamu”. Terkadang geli
juga jika mendengar kabar, seorang teman telah berpacaran dengan seseorang
hanya dalam waktu beberapa minggu setelah berkenalan. Hal ini membuktikan bahwa
konsep cinta ini masih terlalu abstrak bagi manusia. Manusia kadang keliru
menasirkan perasaan dalam hatinya sebagai cinta, sehingga dengan mudahnya
mengungkapkan kata itu tanpa berikir lebih banyak lagi. Saya sendiri secara
pribadi membagi perasaan seseorang terhadap orang lain atau sesuatu dalam empat
zona yaitu zona akrab, zona perduli, zona sayang, dan zona cinta
Zona pertama adalah zona
kenal dan akrab. Disini seseorang menganggap orang lain sebagai teman dalam
bersosialisasi. Perasaan yang terlibat disini hanyalah perasaan nyaman dan
tenteram. Sesuai dengan teori masyarakat, bahwa masyarakat adalah zoon
politicon, atau makhluk yang suka berkumpul dengan tujuan keamanan, kesejahteraan,
dan keberlanjutan keturunan.
Berikutnya adalah zona
perduli. Disini seseorang akan lebih terbuka akan persoalan yang dihadapinya
dan mulai menceritakan permasalahan yang dia alami pada orang yang diperacya.
Orang yang dia percaya pun memberikan feedback berupa saran dan masukan
padanya. Dari situ timbul rasa perduli dari kedua pihak. Pihak pertama yang
bercerita peduli pada pihak yang kedua karena dia merasa dia adalah orang yang
dapat menerima dan memberikan saran serta masukan atas permasalahan yang
dihadapinya. Sedangkan pihak kedua merasa perduli karena dia telah dipercaya
oleh pihak pertama sebagai media curhat nya. Sehingga dari keperdulian itulah
dia tak akan membicarakan hal apapun mengenai permasalahan pihak pertama kepada
pihak lain karena dia menanggung amanah sebagai orang yang telah dipercaya oleh
pihak pertama.
Zona yang lebih jauh
lagi adalah zona sayang. Aktivitas hormonal pada tingkat diatas wajar sudah
dimulai disini. Seperti kita ketahui bahwa perasaan sedih, senang, aman, takut,
diatur oleh kegiatan hormonal, dalam hal ini hormon-hormon dikeluarkan oleh
kelenjar endokrin. Pada tahap ini seseorang akan merasa senang berlebihan jika
bertemu dengan orang yang secara emosi disukainya. Emosi ini menyebabkan
keperdulian yang berlebihan terhadap orang yang disukainya. Ketika orang sudah
mulai berpacaran, maka dia akan berada dalam kondisi ini. Kondisi dimana
keperdulian itu terlampau besar. Antara laki-laki dan perempuan pun memiliki
perbedaan dalam kondisi ini. Seorang pria akan tertarik dengan rangsangan
visual. Seorang pria normal tentu akan menyukai wanita cantik daripada yang kurang
cantik pada kesan pertama. Sedangkan wanita lebih tertarik terhadap rangsangan
yang berupa sentuhan dan suara. Otak wanita akan memproses informasi tersebut
dan menampillkan nya dalam bentuk buah pikiran seperti “ah, barusan dia
memujiku”, “ah, dia mengusap rambutku”. Karenanya, seorang wanita cenderung
senang dipuji oleh laki-laki. Dan jika dia sudah terlanjur gila pada sang pria,
dia bisa memberikan segala yang dia miliki untuk pria tersebut.
Yang terakhir adalah cinta,
ah ini sebenarnya terlalu rumit dan susah di jelaskan. Sampai saat ini saya
belum sepenuhnya mengerti. Jika cinta di artikan sebagai perasaan terbesar yang
dimiliki oleh manausia, maka sudah sepantasnya cinta itu tidak alamatkan pada sesama
manusia. Manusia hanya boleh mencintai Zat yang Mahakuasa, karena untuk ada
pada fase kenal dan dekat dengan Allah, kita tak memiliki apapun untuk kita
lihat dari-Nya, kecuali ciptaan nya. Manusia adalah makhluk real yang kadang
sulit mempercayai sesuatu yang tak bisa dilihat oleh mata kepalanya sendiri.
Maka cinta kepada Allah bukanlah sesuatu yang berasal dari kegiatan hormonal,
namun cinta tersebut bersumber dari keyakinan penuh akan adanya Dia, yang telah
menghidupkan dan mematikan kita. Dari penjelasan itulah, mungkin dapat kutarik
suatu kesimpulan bahwa cinta manusia adalah keikhlasan penuh akan sebuah
penghambaan, yang jika kita melakukan sesuatu yang diperintahkan dan tidak
melakukan apa yang dilarang-Nya, maka kita bahagia.
Jika kita lihat di
sekeliling kita, interpretasi cinta yang salah mungkin sudah banyak terlihat
disekitar kita. Banyak wanita yang mendewa-dewakan pasangannya, seolah
pasangannya itu adalah tuhannya. Dia rela memberikan apapun yang dia miliki
walaupun dia harus menderita, asalkan pasangannya bahagia. Dia rela melakukan
apapun, dan membela habis-habisan pasangan nya walaupun sudah jelas pasangan
nya adalah orang yang suka melakukan hal hal buruk dalam pergaulan di
masyarakat, bahkan menentang hukum. Kita rela menderita asal dia senang. Kita jadi
lupa dengan keluarga, sahabat, kerabat, yang kita pikirkan hanya dia. Jika ini
terjadi, mungkin kita sudah mulai mendewakan dia. Menganggapnya segala galanya
untuk kita. Hati-hati, kita sudah mulai menuhankan nya.
Cinta kata orang adalah
bahasa universal. Jika kita menganggap cinta sebagai ekspresi tertinggi
seseorang terhadap perasaan nya pada lawan jenis, lalu bagaimana kita
mengekspresikan nya kepada Allah, Zat yang membuat kita hidup di dunia ini.
Jika cinta adalah ekspresi tertinggi, maka tentu hanya Dia lah yang paling
pantas untuk menerimannya. Jika kau mengatakan “Aku Cinta Padamu”, pikirkan
sekali lagi, apakah yang kau ucapi itu pantas menerima ekspresi tertinggi
perasaan mu?? Pikirkan sekali Lagi J
16 Maret 2014
Kamar Kos
hhhmmmhhhh, cinta pada Allah cinta yg hakiki
ReplyDeleteNtap ��
ReplyDelete